"Bijaksanakah Gonta Ganti Tempat Kerja"
Kutu loncat, fenomena yang paling dikeluhkan segenap tim human resource di aneka macam perusahaan. Bisa dimaklumi, HRD membutuhkan berbulan-bulan, untuk mendudukan seseorang pada pada satu posisi di perusahaan, mulai dari menebar pengumuman sampai pelatihan. Namun, pekerja hanya singgah sesaat, kemudian melanjutkan perjalanan untuk sekadar mampir di perusahaan lain.
Belakangan wabah kutu loncat dikaitkan dengan kelompok generasi yang disebut Gen Y, mereka yang lahir antara tahun 1980-2000. Gen Y dicap sebagai kutu loncat, pindah sana sini mencari kerja karena iming-iming honor lebih besar, sehingga mengakibatkan turn over karyawan tinggi. Kondisi serupa ini paling banyak terjadi di industri jasa keuangan terutama bank dan asuransi.
Pindah kerja dapat jadi karena ada dilema internal di perusahaan, atau ingin meningkatkan karir ke level yang lebih tinggi. Namun bila itu dilakukan tiap tahun, atau malah setahun dapat lebih dari sekali pindah, dilema pada daerah kerja. Rata-rata penganut kutu loncat beralasan sekadar untuk honor yang lebih tinggi. Model menyerupai ini banyak dihindari perusahaan.
“Buang-buang waktu, karyawan itu kan aset perusahaan yang bakal kita kasih knowlegde, apa gunanya jikalau kita aset itu hanya akan kita miliki sebentar, dan kemudian knowledge lost. Belum lagi harus rekrutmen ulang,” kata Deasy, HRD manager di salah satu perusahaan IT.
Mindset pindah kerja semata-mata demi honor lebih tinggi kasatmata tidak selalu tepat. Bukan hanya perusahaan yang buang-buang waktu, tapi pekerja pun bakal terbentur pada kondisi yang sama. Bila biaya hidup lebih tinggi atau potensi pengembangan karirnya rendah, gaji selapis lebih tinggi dari perusahaan, tiada guna.
Namun, bagaimana pun bakal selalu ada penggoda di luar tembok daerah kita tiap hari berkutat. Di antara godaan itu mungkin bersifat killer opporrtunity yang tak dapat ditolak. Cirinya adalah, peluang bekerja yang lebih sesuai passion. Pekerjaan yang sesuai kata hati, mungkin tumbuh selaras hobi, bakal menciptakan pelakunya bekerja tanpa beban. Bekerja menyerupai bermain dengan output tetap berkualitas.
Berikutnya menyangkut pengembangan karir lebih elok yang tergambar dalam benefit and compensation, termasuk jadwal training pengembangan kompetensi. Bila kita dapat menemukan ajuan bonus yang akan diberikan sekaligus biaya yang akan Anda keluarkan. Tak ada salahnya bertanya perihal paket bonus bagi karyawan baru.
Ciri berikutnya honor lebih besar secara signifikan alasannya yaitu jabatan dan level lebih tinggi. Tawaran ini biasanya menandai di perusahaan tersebut ada sistem jenjang karir yang elok untuk pekerjanya. Sebelum memutuskan pindah kerja pastikan juga lingkungan kerja, apakah harus melakoni perjalanan dinas, lembur dan sebagainya. Perlu sederetan pertimbangan dalam memutuskan pindah kerja. Selisih honor 10 persen lebih tinggi saja, tentu tak cukup menarik hati untuk meloncat ke daerah kerja baru. Sebab, mungkin risiko atau bebannya yang meningkat sampai 20-30 persen.
Sekarang mari kita melihat CV, apakah daftar perusahaan jauh lebih banyak ketimbang daftar jenjang karir? Selepas menjadi supervisor semestinya berlanjut ke level manajer, dan bukan menjadi supervisor lagi dan lagi di empat atau lima perusahaan yang berbeda. Saban enam atau delapan bulan berganti nama korps. Datang sebentar kemudian pergi sesuka hati.....
Mike Rini Sutikno, CFP
PT. Mitra Rencana Edukasi - Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Kemandirian Finansial, Mitra Rencana Edukasi
Workshop The Enterprise You - Cara Pintar Ngatur Duit, Berbisnis dan Berinvestasi
Workshop : Smart Money Game (Papan Permainan Edukasi Perencana Keuangan) Sumber http://kemandirianfinansial.blogspot.com/
0 Response to "Bijaksanakah Gonta Ganti Kawasan Kerja"
Post a Comment